0
TERCANDU
Posted by Riski Safaat
on
10.14
Part 1
Saat bibir tak kuasa mengucap, maka sinkronisasi antara hati dan jemari pun berlangsung.
Semua fikiran dan hati saat ini sedang menuju kamu.
Kerinduan akan sosokmu selalu menyandu dalam tiap detik yang berjalan.
Hanya dari kejauhan aku memandang tajam namun tak berani untuk menyapa ketika berdekatan. Sungguh jiwa ini sudah cukup tentram ketika kita hanya berpapasan.
Tak dapat dipungkiri rasa ingin memiliki itu pasti ada, namun aku akan sabar menanti sampai waktu yang akan membawa ku dalam peraduannya.
Sampai saat ini aku masih sering mengkhawatirkanmu.
Aku percaya suatu saat kau sadar, kalau aku mencintaimu.
15 November 2012
Riski Safaat
Part 2
Waktu yang membawa kita ke jurang kedustaan namun sekarang aku telah kembali.
Semua jiwa memilihmu untuk melayarkan perahu ini.
Telah tersadari bahwa kita saling mencintai namun kau ingkar lagi.
Sabarku tak cukup kuat menahan sikapmu yang ego.
Hati seperti teriris benda tumpul yang melukai aku lagi.
Sakit..sangat sakit
Sampai berapakali lagi kau lukai aku ?
Telah belasan kali aku berikan maaf dan kesempatan namun kau tetap menjalani lingkaran setan itu.
Kau lebih memilih tinggalkan perahu yang telah terombang-ambing ini dan berlayar bersama dengan perahu lain yang mungkin lebih sempurna.
Sekarang aku mencoba berbenah dan memperbaiki perahu ini supaya dapat berlayar kembali.
15 November 2012
Riski Safaat
Part 3
Tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu waktunya tiba.
Saya pun tahu kita telah berusaha sekuat tenaga mencari cara agar tetap hidup bersama.
Namun sekeras apa kita mencoba, akan ada waktu dimana kita akan saling meninggalkan dan merelakan.
Tak perlu kujelaskan cintaku padamu, karena kau pasti tahu betapa besarnya cinta itu.
Aku pun yakin cintamu pada saya sama besarnya.
Namun cinta kita kepada sosok yang biasa kita sebut Tuhan dengan nama berbeda jauh lebih besar daripada itu.
Pada akhirnya kita memang harus memilih untuk mengembalikan cinta yang kita punya hanya kepada Dia Sang Pemberi Cinta.
Yang dapat kita lakukan sekarang adalah menghargai waktu yang ada.
Kita tak tahu kapan bom waktu itu akan meledak.
Bisa saja saya ataupun kamu yang terlebih dahulu yang meledakannya.
Namun saya tak mau terlalu memikirkan apa yang akan terjadi di depan, karena itu hanya membuat saya pesimis dan menyerah pada kenyataan.
Walau terkadang kita memang harus membuka mata terhadap hal yang disebut Kenyataan.
Kita bisa marah, tak terima, atau bahkan mengutuk Tuhan.
Namun ketika waktu itu tiba, yang bisa kita lakukan hanyalah merelakan.
Terimakasih telah mencintaiku.
Terimakasih telah mempercayakan hatimu padaku.
Terimakasih telah mengajarkanku untuk berani memperjuangkan cinta.
Saat saya mulai lelah, tolong ingatkan saya betapa kerasnya kita telah berjuang dan berkorban.
Hanya itu yang mampu melambungkan semangatku ke atas awan dan kembali memperkuat harapan.
Hingga detik ini, hatiku tetap milikmu, hingga Tuhanku mengambilnya kembali,
Aku yang mencintaimu tanpa melihat agama dan rasmu
16 November 2012
Riski Safaat
Posting Komentar